andikadiego.net – Jakarta. Penjualan motor bebek alami penurunan signifikan, indikasi ditinggalkan masyarakat. Dulu saat saya SMP hingga SMA dominasi motor bebek bagitu terlihat nyata. Motor bebek benar-benar menjadi primadona kala itu, tak dapat dipungkiri motor bebek menawarkan kemudahan serta fungsionalitas yang tak didapat pada motor sport.
Baca juga : Selamat Tahun Baru 2021, Beberapa Produk Baru Siap Digelontorkan
Saya sendiri merupakan salah seorang yang sempat menggunakan motor bebek sekitar tahun 2005 silam. Motor tersebut adalah Vega R, lahir setelah eranya Yamaha F1Z-R. Saking bomingnya motor bebek sampai-sampai tren motor ceper yang kebanyakan menggunakan platform motor bebek sempat saya ikuti, jaman itu menggunakan motor ceper rasanya kok keren banget. Padahal untuk melewati polisis tidur saja sulitnya minta ampun, kudu mereng-mereng.
Tidak hanya itu bror, selain tren motor ceper, banyak motor bebek yang dilengkapi speaker agar alunan musik dapat didengar oleh orang lain, dan juga ramai memasang trompet untuk klakson pada motor saat itu, biar makin keras suara klaksonnya.
Tapi itu dulu, semenjak masuknya motor matik ke Indonesia motor bebek perlahan seperti kehilangan tempat di pasar sepeda motor. Penjualannya terus mengalami kemerosotan, karena masyarakat banyak beralih ke motor matik.
Melihat data AISI penjualan sepeda motor di tahun 2020 hanya terjual 2.911.678 untuk penjualan domestik turun lebih dari 50% dibandingkan penjualan tahun 2019 yang mampu terjual hingga mencapai 6.487.460. Nah, dari total penjualan di tahun 2020 motor bebek mencatatkan penjualan sebanyak 5,9% saja. Sedangkan motor matik menyumbangkan angka 88,0% lebih dari separuh dari total penjualan sepeda motor di Indonesia.

Penurunan penjualan motor bebek memang dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari adanya pandemi Covid-19 yang mempengaruhi sektor industri, ekonomi hingga daya beli masyarakat saat ini. Tetapi faktor yang paling mempengaruhi menurut saya demand atau permintaan motor bebek yang terus menurun sejak beberapa tahun lalu bahkan sebelum kasus Covid-19 ini merebak.
Jika dulu melihat iklan motor bebek jadul dengan tag line ‘Kendaraan Keluarga, Kendaraan Praktis dan Serbaguna’ maka kini sepertinya itu sudah tidak berlaku lagi. Motor matik lebih menawarkan kepraktisan dan juga kenyamanan, kemudahan membawa barang ketimbang motor bebek.
Apalagi belakangan motor matik dilengkapi dengan ruang penyimpanan atau bagasi yang cukup luas yang tidak bisa didapatkan dari motor bebek. Maka wajarlah jika akhirnya masyarakat memilih untuk menggunakan motor matik untuk dipergunakan sehari-hari.
Saat ini praktis terdapat 3 pemain besar yang masih setia menjual motor bebeknya seperti Honda lewat Honda Supra GTR 150, Honda Sonic 150 dan Honda Revo. Lalu Yamaha yang bermain dengan Yamaha MX-King 150, Yamaha Vega Force serta Yamaha Jupiter Z1 dan terakhir Suzuki lewat produk andalannya Suzuki Satria FU Fi hingga Suzuki Smash nampaknya tidak dapat mengangkat penjualan motor bebek dari tahun-ketahun.
Nah, bagaimana dengan penjualan motor bebek kedepannya, apakah akan mengalami kenaikan ataukah malah semakin terpuruk? Bagaimanapun APM pasti tetap akan mengeluarkan produk motor bebek sebagai opsi pada line-up mereka. Meskipun pangsa pasarnya semakin sedikit tetapi tetap saja merupakan pasar potensial bagi APM untuk merebut ceruk pasar sepeda roda dua di Indonesia.
Namun untuk saya pribadi, motor bebek sudah tidak lagi menjadi pilihan. Untuk saya motor matik lebih menawarkan sensasi berbeda karena kemudahan serta fungsionalitas yang ditawarkannya lebih baik dari motor bebek. Masihkah kalian memelihara bebek?

Baca juga : Yamaha Exciter 155 2020, Motor Bebek Yang Mencoba Peruntungan di Kelas Motor Sport
Text : andika Pict by APM Data : AISI